MALANG, BERITAKATA.id – Wanita di Kota Malang, Jawa Timur bernama Risa Santoso meraih penghargaan pemuda berpengaruh di dunia atau Ten Outstanding Young Persons (TOYP) of the World 2024 oleh Junior Chamber International (JCI). Penghargaan ini diberikan kepada individu muda dunia di bawah usia 40 tahun atas kontribusi signifikan bagi masyarakat di berbagai bidang.
Penghargaan ini diterima Risa Santoso di Taoyuan, Taiwan pada 1 November 2024 lalu. Hanya ada 10 individu yang menerima penghargaan TOYP 2024 dari berbagai negara. Nama-nama tokoh asal Indonesia sebelumnya yang menerima penghargaan ini seperti Aburizal Bakrie pada tahun 1986 dan Seto Mulyadi (Kak Seto) pada tahun 1987.
Nama Risa Santoso sebelumnya sempat viral menjadi rektor termuda di Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Asia Malang. Saat itu umurnya masih 27 tahun dan dilantik sebagai rektor pada 2 November 2019.
Dia mengaku tidak menyangka atas penghargaan yang diterimanya, dan berharap banyak pemuda Indonesia lainnya kedepan bisa menerima penghargaan tersebut.
“Kedepannya, harapannya banyak orang-orang Indonesia lainnya dapat menerima award ini, karena banyak teman-teman (pemuda) yang aktif mengembangkan kegiatannya di bidangnya masing-masing, sehingga layak,” kata Risa Santoso, Selasa (19/11/2024).
Menjadi pemimpin di kampusnya, Risa memiliki visi untuk mentransformasi pendidikan berbasis teknologi digital dan kewirausahaan. Dia menjalin kemitraan strategis dengan perusahaan dan universitas-universitas internasional, membuka peluang bagi mahasiswa untuk mengikuti program pertukaran pelajar, pertukaran dosen dan magang internasional.
“Seperti saat ini, kami juga memfokuskan bagaimana inovasi dan kreativitas mahasiswa dalam berwirausaha. Kita juga ingin memberikan funding bagi mahasiswa untuk bidang kewirausahaan, ada salah satu funding dari Amerika tetapi saat ini masih tahap pembicaraan,” katanya.
Dia juga berkeinginan untuk membuat mahasiswanya semakin produktif dengan memanfaatkan teknologi seperti Artificial intelligence (AI) sebagai alat bantu.
Pemanfaatan teknologi semacam itu diharapkan dapat mendukung peningkatan kemampuan mahasiswa.
“Gimana kita bisa menggunakan ini semaksimal mungkin gitu ya. Mungkin membuat mahasiswa jadi males, tapi gimana bisa membuat ini sebagai tool, tools biar teman-teman itu semakin produktif, semakin baik lagi ke depannya,” katanya.
Dia berharap peran pemerintah dapat mendukung kegiatan semacam itu terhadap kampus-kampus swasta.
“Mungkin difasilitasi ya, di-support, terutama untuk sekolah swasta ya. Kalau memang pemerintah kan banyak support-nya ke sekolah negeri, dimana ini mungkin kalau kita lihat mayoritas di Indonesia juga tetap banyak, lebih banyak sekolah swasta ya,” katanya.
Jejak Risa Santoso sendiri merupakan lulusan S1 University of California, Amerika Serikat jurusan ekonomi. Selanjutnya, perempuan kelahiran Surabaya, 27 Oktober 1992 lulusan S2 Harvard University jurusan pendidikan.
Pekerjaan pertamanya di Indonesia sebagai seorang Tenaga Ahli Muda di Kantor Staff Presiden Republik Indonesia selama satu tahun.
Risa Santoso memutuskan untuk resign, karena memiliki ketertarikan dengan dunia pendidikan untuk menjadi seorang pengajar. Dia kemudian menjadi dosen di Institut Teknologi dan Bisnis ASIA Malang sebelum dipercaya dilantik sebagai rektor.












